Pertanyaan seperti ini jadi pertanyaan kunci dari dokumen-dokumen seperti inter mirfica-Dekrit tentang Alat-alat komunikasi Sosial(4 Desember 1963),dan di usul dengan instruksi Pastoral Communio et progressio(23 Mei 1971),atau aneka pesan hari kommunikasi Sosial pada bulan mei setiap tahunnya dari Vatikan. Kita bisa menyebutkan misalnya saja,tahun 2009,ada pesan pada hari komunikasi sosial bertajuk “Teknologi Baru, Relasi baru:memajukan Budaya menghormati, Dialog, dan persahabatan.”Diluar konteks naskah-naskah tersebut,sejarah ilmu komunikasi menunjukan bahwa bidang ini sebenarnya masih bidang yang baru di kenal pada paruh kedua abad 20,utamanya pada dekade 1960an, selepas masa perang dunia II.Baru setenganh abad sejak kemunculan ilmu komunikasi sebagai bidang studi praktek dalam bidang industri media telah berkembang sedemikian pesat.Tak ada dari diri kita yang setiap harinya tidak menggunakan alat komunikasi. Sebut saja misalnya surat kabar,majalah,televisi,telepon seluler,dan atau situs jejaring sosial seperti facebook,twitter dan lainnya yang sejenis.
Coba kita melihat sejenak apa yang sedang terjadi di Indonesia dalam kaitannya dengan penggunaan alat-alat komunikasi.tidak sampai dalam hitungan abad,tapi cukup dalam waktu sewindu saja jumlah televisi berskala nasional tambah dua kali lipat,jumlah televisi lokal bertambah lebih cepat lagi,arus informasi deras mengalir,seakan seperti banjir ketika mengguyur seluruh Indonesia. Tak pelak, komunikasi,dan informasi, sebagai salah satu isinya telah menjadi suatu industri, telah menjadi satu tumpuan hidup dari jutaan orang di dalamnya. Masa depan peradaban manusia untuk saat ini kelihatan nya sangat tergantung pada pada industri yang satu ini. Apakah benar demikian???Rasa-rasanya jawaban tidak ada yang lain selain mengiyakan, terlepas itu kemudian membawa kebaikan atau keburukan bagi umat manusia.
Kalimat pertama dari naskah communio et progressio berbunyi demikian : “Persatuan dan kemajuan manusia yang hidup di dalam masyarakat: itulah tujuan utama komunikasi sosial dan semua alat yang di pergunakannya”.Dengan bahasa yang lebih lugas,mungkin kalimatnya bisa berbunyi demikian:”Komunikasi sosial yang kita jalankan-entah dalam bentuk industri sekalipun-apakah lebih mendukung arah pada pemajuan kemanusiaan,atau justru malah menuju pada perendahan harkat dan martabat manusia????”
Pertanyaan ini layak di ajukan karena kecenderungan utama yang terlihat pada saat ini adalah alat komunikasi yang bernilai milyaran hingga triliyunan rupiah itu memuat isi-isi yang seringkali merendahkan belenggu kapitalisme,komersialisasi,dan letupan sensaionalisme yang melupakan kedalaman arti hidup manusia.Kita lihat berbagai tayangan di televisi yang membuat kita jijik,membuat kita cukup tercengang-cengang,tidak percaya apakah kejadian itu benar-atau tidak,dan lain-lain. Di tengah-tengah arus komersialisasi media,arus tekanan kompetisi antar lembaga media,seberapa penting kita masih mempertimbangkan hal tentang etika,hal tentang kedalaman makna informasi, hal tentang kemanusiaan itu sendiri,paduli pada dampak yang di hasilkan oleh aneka produk industri media tersebut???
0 komentar:
Silahkan untuk memberikan komentar di sini :
Kirimkan kritik dan saran anda?