Sahabatku, semoga Allah melimpahkan nikmat iman dan ketetapan hati
untuk menapak di jalanNya. Ramadhan adalah bulan penuh hikmah dan
rahmatNya, bulan yang ditaburi seribu ampunan, sampai-sampai Jibril
a.s. berujar: Celakalah orang yang menemui bulan Ramadhan namun tidak
mendapatkan maghfirah, ampunan dari Allah azza wa jalla.
Allah
berfirman dalam kitabNya "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS 3:133). Bersegera disini
laksana kita berlomba-lomba untuk meraihnya, tidak
melambat-lambatkannya, memohon ampunan sering kita dengar.
Kata
gufrân (غُفْرَانٌ) disebut satu kali di dalam Alquran, sedangkan kata
magfirah (مَغْفِرَةٌ) disebut sebanyak 28 kali. Dalam bentuk fi'l
mâdhi, kata itu disebut 9 kali. Dalam bentuk fi'l mudhâri' disebut 60
kali. Di dalam bentuk fi'l amr disebut 36 kali, dalam bentuk ism fâ'il
mufrad, disebut satu kali, dalam bentuk ism fâ'il jama', satu kali.
Kata ghafûr (غَفُوْرٌ) dan ghafûran (غَفُوْرًا) disebut 91 kali.
Sementara itu, kata ghaffâr (غَفَّارٌ) hanya disebut satu kali.
Seringkali
kita memaknai perintah memohon ampunan ini dalam bentuk lisan,
memperbanyak istighfar, namun ternyata Allah tidak hanya meminta kita
untuk melisankan istighfar, tetapi juga menuntun kita untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, setidak-tidaknya
indikasi orang-orang yg mendapatkan maghfirah Allah memiliki ciri-ciri
tertentu.
Lanjutan ayat tersebut di atas (QS 3:134-135)
Allah menerangkan bagaimana indikasi orang yang mendapatkan maghfirah
Allah yang secara garis besar dapat kita kelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu: 1. Keshalihan sosial 2. Sikap kita dalam menghadapi
kezhaliman orang lain dan 3. sikap kita dalam menghadapi kezhaliman
diri sendiri.
Keshalihan sosial.
Seseorang
yang memohon ampunan / maghfirah hendaknya melakukan amalan sosial
yaitu menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit
sebagaimana termaktub dlm QS 3:134, menafkahkan hartanya baik disaat
lapang, memiliki kekayaan yang cukup maupun disaat ia kesulitan dalam
bidang ekonomi.
Siapa yang mendapatkan prioritas bagi kita untuk
menafkahkan harta kita? Allah memberi tuntunan dalam Surat al Baqarah
ayat 215 yaitu "Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan
kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang
kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya"
Sikap kita dalam menghadapi kezhaliman orang lain
Ketika
kita menghadapi perilaku orang lain yang terkadang mengundang
penyesalan, bahkan kemarahan atas penyebab ketidaknyamanan kita
tersebut, Allah memberi kita petunjuk:
- Menahan Amarah, dalam QS 3:134 tersebut kata al kazhimin mengandung makna penuh dan menutupnya dengan rapat, seperti wadah yang penuh air lalu ditutup dengan rapat agar tidak tumpah. Ini mengisyarakatkan, dalam menahan amarah, perasaan tidak bersahabat masih memenuhi hati yang bersangkutan, pikirannya masih menuntut balas, tetapi ia tidak memperturutkan ajakan hati dan pikiran tersebut, dia menahan amarah, menahan diri sehingga tidak tercetus kata-kata buruk atau perbuatan negatif.
- Memaafkan, selanjutnya Allah menuntun kita dalam menghadapi ketidaknyamanan itu, satu tingkat diatas menahan amarah adalah memaafkan. Al-'afin akar katanya adalah al-'afn yang biasa diterjemahkan dengan kata maaf, kata ini antara lain bermakna menghapus. Ketika seseorang memaafkan perbuatan orang lain, maka ia menghapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain terhadapnya. Pada tingkatan ini, walaupun luka hati telah terhapuskan, seolah-olah tidak pernah terjadi, namun dalam tahapan ini bisa jadi hubungan belum terjalin. Kita telah memaafkannya, tetapi kita tidak berteman akrab dengannya, dalam bahasa kita sehari-hari, "lo gue maafin, tapi untuk berteman, ntar dulu dech"
- Berbuat kebajikan, tahapan tertinggi dalam sikap kita menghadapi kezaliman orang lain adalah sikap orang-orang yg bergelar muhsinin. Allah mengingatkan bahwa yang disukainya adalah orang-orang yang berbuat kebajikan, yakni yang tidak hanya sekedah menahan marah, atau memaafkan tetapi justeru yang berbuat baik kepada yang pernah melakukan kesalahan.
Sikap kita dalam menghadapi kezhaliman diri sendiri
Allah berfirman, "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."(QS 3:135)
Ketika kita berbuat zalim terhadap diri kita sendiri, maka langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah:
- Ketika kita berbuat dosa maka kita ingat Allah lalu memohon ampunan Allah
- Tidak meneruskan perbuatan yang keliru tersebut
- Kita menyadari dan mengetahui kesalahan langkah kita
Akhirnya, perbanyaklah istighfar, sering-sering melakukan kontenplasi, perenungan atas segala perbuatan kita, dan melantunkan doa sebagaimana doa yang diajarkan Rasulullah s.a.w. kepada Abu Bakar r.a. yaitu "Allahumma zhalamtu nafsi, wahai Allah, sungguh betapa zalimnya diri ini, hambaMu telah berbuat zalim kepada diri hamba sendiri, Zhulman katsiran, kezaliman yang banyak. wala yaghfiruzzunuba illa anta, dan tidaklah ada zat yang mampu mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau, faghfirly, ampuni hambaMu ini, maghfiratan min 'indika, dengan ampunan dari sisiMu, warhamni dan kasihilah hambaMu ini innaka antal ghafurur-rahiim sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wallahu a'lam
Griya Bandung Indah, 21 Agustus 2010
0 komentar:
Silahkan untuk memberikan komentar di sini :
Kirimkan kritik dan saran anda?